FATAMORGANA - Life is Choise

FATAMORGANA

FATAMORGANA
Aku masih ingat rangkaian kata yang kita ucapkan. Rasanya semuanya lenyap. Tak berarti. Ibarat burung terbang namun tanpa arah. Ia mencari hendak kemana ia terbang, tapi rasanya semua penjuru tak menerima. Saat ada yang menerima pun itu bersyarat. Ibarat jejak kaki, setapak demi setapak terhapus seketika. Tak ada kesempatan sedikit pun untuk meninggalkan jejak lebih lama. Itu yang kurasakan, dan itu bukan hal baru bagiku. Sakitnya memang tak seberapa, namun asa itu sedikit demi sedikit lenyap. Entah mengapa, aku tak yakin. ABSURD. Aku memang gila. Berhari-hari larut dalam ceritera semu. Membayangkan kisah indah yang itu kurasa hanya akan menjadi khayalan saja. Sakitnya memang tak seberapa, namun itu cukup membuatku limbung. Sakitnya memang tak seberapa kalau dibandingkan saat pertama kali aku mengalami seperti ini, namun itu cukup membuatku jera. JERA. Ya Tuhan, haruskan aku jera? Itu musykil. That’s my fault, semua ceritaku sama. Membosankan. Sama menyedihkan. Harusnya aku tahu, aku tak berhak menganggap seperti itu. Toh, semua sama-sama menyebalkan. Ya Tuhan, ampuni aku. Fatamorgana. Semua seperti sekantung garam yang lenyam karena air. Hilang. Kosong. Dan aku sang empunya, hanya mampu terdiam. Mematung. Memandangi kantung kosong itu. Nanar. Itu belum lama, dan betapa sayangnya Allah padaku. Dia mengingatkanku terlebih dahulu. Tak lama. Kurasa agar aku tak terlalu larut. Tak dalam. Semua sama, ceritaku sama dan tak mudah menghapusnya dari otakku. Begitupun kau. Jangan merajuk rayu. Aku benci, jika itu hanya menorehkan luka. Aku tak menyalahkanmu. Ini kesalahfahaman. Awalnya, terasa indah dan kini keindahan itu sedikit demi sedikit mengkikis. Seribu kali logika ku untuk menolak Namun ku tak dapat bohongi hati kecilku Terimakasih. Setidaknya kau pernah hadir dalam hidupku. Setidaknya kau pernah menjadi warna hari-hariku. Walaupun itu tak kau sadari. Walaupun akhirnya kekecewaan yang bersemi. Aku hanya harus belajar tulus. Ketulusan. Seharusnya tak butuh balasan. Hanya memberi. Masih banyak yang harus kulakukan tanpa harus memikirkan hal-hal absurd sepertimu. You are my inspiration. Dengan mencintaimu, aku jadi tahu bagaimana memaknai cinta dengan baik. Kau yang membuatku tahu, bahwa hidup tak seperti dongeng yang alurnya hanya pengarang yang tahu dan menentukan. Tapi kau yang mengajarkanku, hidup itu proses, dan pada akhirnya semua tergantung orang itu. Memang benar, semua indah pada akhirnya. semoga keindahan itu merujuk pada kita. terimakasih


EmoticonEmoticon

Formulir Kontak