Aashiqui 1 (fan fiction) - Life is Choise

Aashiqui 1 (fan fiction)

Aashiqui 1 (fan fiction)
Apne karam ki kar adaayein Yaara, Yaaraa... yaara! Mujhko iraade de Kasamein de, waade de Meri duaaon ke ishaaron ko sahaare de Dil ko thikaane de Naye bahaane de Khaabon ki baarishon ko Mausam ke paimane de Apne karam ki kar adaayein Kar de idhar bhi tu nigaahein Sun raha hai naa tu Ro raha hun main Sun raha hai naa tu Kyun ro raha hun main Manzilein ruswa hain Khoya hai raasta Aaye le jaaye Itni si iltejaa Ye meri zamanat hai Tu meri amaanat hai haan... Apne karam ki kar adayein Kar de idhar bhi tu nigaahein Sun raha hai naa tu Ro raha hoon main Sun raha hai naa tu Kyun ro raha hun main Waqt bhi thehara hai Kaise kyun ye huaa Kaash tu aise aaye Jaise koi duaa Tu rooh ki raahat hai Tu meri ibaadat hai “aku ingin sendiri, pergi ke tempat yang jauh” racau Rahul tak jelas “damn it, inilah yang kubenci saat konser” aku langsung meninggalkan konser, kudengar suara vivek memanggil namaku “aku butuh sendiri” Kakiku terus melangkah meninggalkan tempat konser menuju tempat parker mobilku. Menuju tempat biasa aku melepas penat dan lelah. Aku masih ingat pertama kali kudapat piala sebagai penyanyi pria terbaik, back songer terbaik, lagu-lagu RJ meledak di pasaran. ohh penghargaan itu. Braak,, oh SHIT, mobilku menabrak seorang wanita, akupun segera menghentikan laju mobilku. Wanita itu berdiri mematung “oh, NO. maaf, Apa kau baik-baik saja” “Baik apanya? Hari cerah, bukan? kamu tidur ya saat menyetir? Lihat gara-gara kamu belanjaanku jatuh, itu jatah untuk 3 hari di tempatku, uang 90 rupe ku juga hilang” sepertinya ia tak mengenaliku, mungkin karena kacamata dan jaket yang kukenakan. “iya maafkan aku nona” aku pun segera memunguti belanjaannya “oh 90 rupe” aku segera merogoh saku celana jinsku, tak ada uang. Oh shit Wanita itu memandangku ketus “itu uang yang banyak, apa yang kau lihat? Cepat bantu aku bereskan yang tersisa” “oh ya” “ada beberapa tomat di bawah mobil” ucapnya dengan nada memerintah, “akan aku antarkan uangnya, beritahu aku alamat rumahmu” “tidak, kamu seharusnya diberi pelajaran, membungkuklah dan ambil semua itu” ucap wanita berambut panjang itu.aku membugkuk dan berusaha mengambilnya, tapi sedikit susah. Terlalu jauh dari jangkauan tanganku. “itu busuk” suara wanita itu terdengar lebih lembut. Aku pun menghentikan usahaku mengambil tomat itu “maafkan aku nona, aku akan mengganti rugi atas kecelakaan ini” sungguh aku benar-benar tidak enak “apa maksudnya? Kau menghinaku? Aku memang bukan orang kaya ya? Aku ga punya mobil sepertimu, tapi aku punya harga diri” “aa,,aku tidak bermaksud menghinamu, aa,,aku Cuma..” “sudahlah, ingat ya tuan, kemudikan mobilmu dengan benar, jangan sambil tidur, yasudah lupakanlah” “ I’m really sorry, nona” “itu jatah untuk 2 hari” wanita itu langsung pergi meninggalkanku sendiri. Aku tak diberi kesempatan untuk membela diri. Ya sudahlah, ini memang salahku. Aku pun melanjutkan perjalanan menuju bar. *** “Satu botol whisky” pintaku pada penjaga bar. Sepertinya ia tak mendengarku. Penjaga bar itu masih sibuk melihat sebuah acara di televisi. Shit. Berita tentangku meninggalkan konser. “maaf tuan, bar nya sudah tutup” lelaki itu menolehkan wajahnya kepadaku. “ma..maaf tuan RJ?” ucapannya terbata-bata, mungkin ia kaget melihatku, orang yang ia lihat beritanya di televisi. Dan ternyata kabur ke bar nya. “ha, sebotol whisky” ucapku lagi “ma.. maaf tuan, bar nya sudah ditutup. Aku bisa di pecat kalau bos ku tau” di berbicara dengan hati-hati Damn it, sial. “tapi tuan, ada satu bar dekat dari sini, biasanya tutup jam 1 sampai 2 malam” Segurat senyum dibibirku. “tapi sepertinya bar itu bukan level anda” “untuk saat ini tidak ada level bar dalam otakku” aku pun segera meninggalkan bar tersebut menuju bar selanjutnya *** Langkah kaki ku memasuki sebuah bar. Masih ramai. Tidak terlalu mewah. Ada seorang wanita menyanyi di panggung. Parasnya cantik, sederhana. Baju nya tak seindah seperti wanita-wanita di bar-bar yang biasa kudatangi. Aku tak asing dengan wajah wanita itu. Dia menggunakan kaos lengan panjang dan rok panjang. Tak ada kelap-kelip. Music mengalun, lagu ku. Wanita itu melihatku masuk. Dia memicingkan mata nya saat melihatku. Oh bukan , ia melihat sesuatu dibelakangku. Photo penyanyi senior. Tatap matanya seperti anak kecil meminta permen pada ibunya. Kurasa wanita itu fans beratnya. Suaranya merdu. “wishky” pesanku pada bartender. Aku masih memperhatikan wanita itu. Ia menyanyi begitu merdu namun tatapannya masih terlihat sinis. Memandangku. Kulihat seorang lelaki memberikan beberapa lembar uang kertas dan wanit itu menyambutnya. Ia letakkan uang itu pada kantung yang bertengger manis pada tiang microphone. Tunggu, dia mengambil selembar kertas diam-diam dan menggenggamnya erat-erat. Ia sembunyikan tangannya dibalik rok panjangnya. Ah.. sama saja. Aku masih mendengar suara wanita itu, Tu rooh ki raahat hai Tu meri ibaadat hai aaahh.. Ya Tuhan, suaranya begitu indah, aku baru pertama mendengar suara seindah ini. Suara surga. Aku tak percaya, kurasa dia menyanyikan laguku lebih indah dari pada aku. Aku berjalan mendekati nya. Dia hampir menyelesaikan lagunya. Ia membalikkan badan berbicara pada temannya yang tambun. Aku menaiki panggung. Dia berbalik tepat saat kulepaskan topi dan kacamataku. “tu,, Tuan RJ?” Wanita itu sedikit gugup “salam tuan RJ” teman-temannya member salam padaku “ha” aku mengangguk pelan “oh my God, maafkan aku tuan, aku tak seharusnya melakukan itu, menyuruhmu memunguti tomat, mengumpatmu, maafkan aku tuan, Guler, apa yang ku katakan semua bohong tentangnya. Lupakan saja” kulihat ia benar-benar salah tingkah “no, suaramu begitu indah nona” aku langsung membawanya kesamping panggung dan ia masih meracau meminta maaf padaku tentang insiden tabrakan tadi. “maafkan aku RJ” “No, diam sebentar” Ia terdiam “nam kya tumhara?” “Aarohi Keshav Skhirke” “Aarohi” Dia mengangguk pelan “kau punya suara yang sangat indah” “nehi, aku hanya…” “no, sssstt” aku memintanya diam “dengarkan saja” perintahku “ya” “kau menyanyikan laguku lebih baik dari pada aku, aku baru menyadari kesalahanku, kesalahan dalam lagu-laguku, aku belum pernah meresapi lagu-lagu yang kunyanyikan seperti ini” “kau bercanda?” suaranya tak terbata-bata lagi “tidak, aku tak pernah bercanda saat itu tentang menyanyi” Aku memandang wajahnya yang terlihat ketakutan.


EmoticonEmoticon

Formulir Kontak